Postingan

tentang ingatan yang kemarin

ini kita, yang kemarin bertemu, tanpa sengaja kita yang kemarin mengelilingi kota iya, berdua bersama. kau dan aku ini aku, si bodoh yang tidak pernah bosan menunggu mu ntah kabar, atau bahkan kedatangan mu itu kamu,  yang senantiasa tanpa izin berkecamuk di kepala ku " 5 menit lagi aku berangkat ya " ujar nya lewat telepon  " iya, awas saja sampai bohong lagi. Maka akan ku patahkan jari-jari tangan mu " " tidak apa, biar nanti kalau aku dirawat, maka kamu yang akan mengurusku " " ih urus saja dirimu sendiri, katanya kamu itu serba bisa, kenapa jadi menyuruhku mengurusmu. Sudah sana berangkat, aku hampir berlumut nih nunggu kamu " " iya sayang " " oke kuda putih, mari kita jemput tuan putri " (candanya yang membuat ku yang seharusnya kesal, malah jadi tertawa) iya begitulah kami sebentar bertengkar, sebentar akur ia yang paling bisa membuat ku kesal, tapi ia juga yang paling pandai membuat ku tertawa  tidak pernah sekalipun te

Teras, dan suara Ibu

Bu, boleh tidak, untuk sebentar saja  aku minta di pangku?  loh, tumben sekali kamu kesambet apa ? sore-sore begini minta ibu pangku (sudahlah bu, pangku aku sebentar saja tanpa perlu bertanya terus-terusan) ujar nya dalam hati Ibu,  aku ingin pergi hus kalo bicara jangan sembarangan memang pergi kemana yang kamu maksud?  kemana saja bu selagi aku ditemani suara dan senyum mu bisa saja kamu buat ibu tersenyum  tapi aku tidak bercanda bu, rasanya ingin sekali aku lari dari kehidupan  tapi, harus dengan mu,  atau, kita pindah saja ke planet lain?  kalau ku ajak ibu,  ibu mau tidak?  harus mau ya bu  (ia merayu ibu nya sambil meringkuk manja)  tidak ibu tidak akan mau kenapa tidak bu?  nak,  hidup itu bukan untuk kamu permainkan. masalah yang datang padamu bukan untuk kamu tinggal pergi begitu saja kamu tidak bisa lari dari tanggung jawab mu, nak kalau yang kamu rasakan bebanmu berangsur mengubur mu hidup-hidup itu tidak benar sayang, jangan sampai kamu jadi meragukan Tuhan hanya karena p

ketakutan yang sebenarnya belum terjadi

hallo, boleh kenalan?  bercanda ya kamu, kita kan sudah lama kenal iya memang, tapi... tapi apa ? tapi aku merasa belum mengenal mu,  aku merasa kita memang tidak pernah saling mengenal bagaimana bisa kamu berpikir begitu, kita bahkan sudah sedekat ini dan kamu bilang kamu tidak mengenal ku?  sedekat apa maksudmu?  apa kamu tidak sadar, di depan kita jelas ada tembok besar yang menghalangi ku untuk bisa lebih dekat dengan mu ah itu cuma perasaan mu saja memang salah ya kalau aku bilang begitu?  atau...  kamu yang tidak paham ucapan ku?  iya aku yang memang tidak paham dengan ucapanmu  ah, payah bagaimana aku bisa paham, kalau yang kamu bicarakan isinya cuma misteri aku yang malas berfikir malah kamu suruh menebak mati-matian maksud dari ucapan mu, menyulitkan...  oh jadi, selama ini aku menyulitkan mu ya?  bukan bukan begitu, baiklah sekarang aku ingin mencoba memahami ucapan mu jadi, bisakan kamu jelaskan sekali lagi?  aku menyukai mu ini aku sedang tidak salah dengar kan?  tidak,  ti

aku suka kamu, tapi tidak dengan kerumunan

Aku sangat menyukai film, kamu?  hah? apa? aku? iya, kamu kok aku aku kenapa?  ya, memang siapa lagi yang ada di depanku?  bayanganmu ...  aku serius, yang kamu suka apa?  kamu...  (dia perempuan  yang paling pandai membuat aku tersenyum)  kalau ku beritahu, apa kau tetap akan menjadi cerminku?  oh bukan, kau bayanganku yang mengikuti ku kemana pun kaki ini melangkah sudahlah, tidak perlu ku jelaskan lagi ya ya, aku akan tetap menjadi bagian dari dirimu sayang sudahlah jawab saja pertanyaan ku ini mau ku jawab pertanyaan mu (dia pria paling bawel yang pernah ku kenal)  aku lebih menyukai suara ombak yang memecah karang di pantai,  sayang ketimbang bersorak sorai ditengah kerumunan  lalu apa yang kau tidak suka?  kamu...  kenapa aku lagi?  tadi kau bilang, kau suka aku sekarang kau bilang, kau tidak suka aku aku bergurau sayang ku, aku menyukai mu dan aku tidak menyukai keramaian,  ragam warna pakaian orang nun jauh disana membuat... membuat mataku sakit, sayangku jadi selama ini jika k

Sembilan

Malam semakin gelap Mimpi - mimpi dan segala ketakutan mulai  mengantri berdatangan dari segala penjuru Bibir ku getir tersenyum  Memeluk erat guling di samping tubuhku Mungkin, karena tubuhmu belum bisa ku peluk dengan erat sampai saat ini Semoga nantinya...  Kau menjadi tempat ke tiga ku berkeluh - kesah Kan ku ceritakan segala takut ku dalam menghadapi dunia  Dan kau...  Menarik lengan ku dengan penuh pengharapan, supaya aku tidak terlalu larut dalam kecemasan  Kau pun mengatakan...  ' Jangan cemas, kau punya ku. Pundak ku senantiasa memberikan pelukan hangat untukmu.  Memberi segala ketenangan, menghilang kan ketakutan mu. ' Dan aku...  Merasakan kehangatan itu Betapa beruntungnya aku dicintai manusia seperti diri mu Aku ingin memiliki mu sepenuhnya, seutuhnya, selamanya  Aku ingin tau lebih jauh mengenai hal - hal yang membuat mu sedih dan tersenyum, apakah di dalam nya ada aku?  Sayang...  Andai kau tau Jari ku tak henti - hentinya menuliskan kisah, kenyataan, harapan, da

Hari ini sampai sini dulu ya?

Hai, apa kabar? Rasanya sudah terlalu lama ya sastra ku mati. Kedengarannya terlalu klise sih, ketika sudah lama menghilang kemudian di awal kalimat sudah banyak basa-basi saja.  Sekali saja tidak apa kan?  Belakangan ini hidup rasanya semakin berat untuk dilalui, isi kepala yang semakin hari dipenuhi suara-suara, yang ntah datang nya dari mana saja  Aku mencoba terbiasa, ya karena memang sudah biasa.  Setiap hari bagiku hidup itu seperti, dikejar oleh seorang pemburu, aku harus terus berlari-larian tak tentu arah   Aku Mencoba menemukan jalan keluar, tapi nyatanya pintu yang ku cari tak pernah muncul di depan mata, mungkin saja kali ini aku yang melewatkan nya Ada kalanya, waktu itu aku pergi menemui seseorang. Rasanya isi kepala semakin penuh, hingar-bingar terasa terlalu menyakitkan di telinga ku Aku ini kenapa? Tidak bisakah ku dapati hari dimana sesekali saja aku tak perlu berfikir terlalu keras, tak perlu mencemaskan apa yang belum tentu terjadi, menjalani hari sebagaimana mestin

Ketika rumah bukanlah rumah

Malam ini rasanya begitu dingin ketika udara perlahan membelai kulit ku Ada ribuan pertanyaan, yang bahkan tuan nya sendiri tak tahu bagaimana menjawabnya ' Apa? Kenapa aku? Haruskah aku? Salah ku apa? Ko nasibku gini ' Begitu kata gadis yang malam harinya diselimuti nestapa  Tak habis habisnya menangis, meminta supaya Tuhan kuatkan hati dan pikirannya, ia berharap hidupnya tak akan berakhir cepat hanya karena Ia sedang putus asa Suaranya begitu ringkih, jeritannya nyaris tak bisa di dengar ' Aku harus apa? ' Keluhnya pada Yang Kuasa Ia kemudian membuka ponsel nya, melambai dengan pelan dan bergetar jari jemarinya di atas ponsel, ia ketakutan setengah mati. Mencari teman baik untuk jadi tempat berbagi, dihubungi nya Liora Naysyla : Halo ra, ada waktu sebentar tidak? Aku ingin curhat, hidupku sedang hancur hancurnya  Liora : Kamu memang nya kenapa nay?  Naysla : Aku dimarahi habis habisan oleh ayah ku, hanya karena aku melakukan kesalahan kecil. Bahkan tadi wajahku hampi